Minggu, 22 Februari 2015

Minggu, 15 Februari 2015

what...????

<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Transitional//EN" "http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-transitional.dtd">
<html xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml">
<head>
<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8" />
<title>Untitled Document</title>
<style type="text/css">
<!--

-->
</style>
<link href="gaya.css" rel="stylesheet" type="text/css" />
</head>

<body>
<div align="center" class="style1">
  <p>SELAMAT DATANG DI CSS</p>
</div>
<h2 align="center" class="style2">Penulisan dengan CSS</h2>
<p align="center" class="Mystyle">Penulisan Ini Menggunakan CSS</p>
<p align="center" class="mystyle2">style2 hover</p>
</body>

</html>

Senin, 29 September 2014

#FAKTA Anak Kedua



Sebuah penelitian baru di Universitas Cambridge menunjukkan bahwa perdebatan antara saudara laki-laki dan perempuan benar-benar meningkatkan keterampilan sosial, kosakata, dan perkembangannya. Selain itu persaingan antar saudara juga dapat meningkatkan perkembangan mental dan emosional. Dr Claire Hughes, dari Newnham College, Cambridge, mengatakan dalam siaran persnya. "Bukti kami menunjukkan pemahaman sosial anak-anak dapat dipercepat oleh interaksi mereka dengan saudara kandung dalam banyak kasus".
"Saudara yang lebih agresif adalah mereka yang sering membantah dan anak yang lebih tua menempatkan anak yang lebih muda di bawahnya sehingga semakin membuat mereka belajar pelajaran yang kompleks tentang komunikasi dan seluk-beluk bahasa," jelas Hughes.
Dalam penelitian ini, sebanyak 140 anak-anak berusia antara 2 hingga 6 tahun dianalisa perkembangan kognitif dan sosial mereka selama lima tahun. Para peneliti  membawa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan keluarga dengan orangtua remaja. Sekitar 43 persen dari anak-anak yang disurvei memiliki ibu yang merupakan anak pertama sewaktu remaja, dan 25 persen berasal dari keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Berbagai macam tes telah dilakukan termasuk pengamatan video dari perilaku mereka, dan kuesioner dengan orangtua, guru, dan anak-anak sendiri.
Peneliti berpandangan bahwa jatuhnya anak-anak mengembangkan persaingan mereka dan membantu mereka membentuk hubungan sosial di kemudian hari. "Ketika anak-anak berdebat dalam sebuah kasus membuat mereka benar-benar mendapatkan manfaat dari konfrontasi," katanya.
"Orangtua yang lelah dengan pertengkaran di antara anak-anak yang terus menerus harus mengambil kenyamanan, faktanya bahwa anak-anak mereka sedang belajar pentingnya keterampilan sosial".
"Saudara kedua berbuat lebih baik dalam pengujian kami, dan anak-anak yang memiliki pemahaman sosial yang lebih baik yang menjadi lebih populer di kemudian hari".
"Pandangan tradisional menunjukkan memiliki saudara laki-laki atau perempuan menyebabkan banyak kompetisi untuk mendapatkan perhatian orangtua dan cintanya".
Hughes menambahkan, "Anak-anak bisa mengajar orang dewasa beberapa hal karena mereka sering menyelesaikan perselisihan dengan cepat agar dapat bermain kembali," jelasnya.
"Anak-anak bisa menyadari keadilan antara mereka dan saudara mereka yang sulit dikelola orangtua, tapi perilaku ini hanya menunjukkan berapa besar kepedulian mereka".
Hughes mengatakan, anak-anak yang memiliki performa terbaik dalam melaksanakan tugas yang dirancang peneliti berada pada usia enam tahun. Mereka berasal dari keluarga yang ibunya melakukan percakapan dengan menguraikan ide-ide, menyorot perbedaan dalam sudut pandang atau menyesuaikannya dengan kesenangan anak.
"Banyaknya perhatian yang telah diberikan berdampak menguntungkan bagi anak-anak yang terlibat banyak percakapan dalam keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu fokus pada dasar dan kualitas percakapan itu juga,"pungkasnya. Sekarang tinggal Anda yang menilai, sesuaikah penelitian ini dengan kehidupan Anda(theMedGuru/MEL)

Jumat, 18 April 2014

Alasan Mahasiswa memilih GOLPUT

Posted by : Yulius Bala Jbrjrc


Pemikiran setiap orang mengenai pemilu tentu berbeda-beda. Beda kepala pasti beda pemikiran, begitu pula dengan sikap dan tindakan yang dilakukan. Berpartisipasi menyumbangkan suara saat pemilu memang bukan suatau hal yang diwajibkan. Namun itu merupakan sebuah hak untuk memilih.
Paramahasiswa yang dikenal sebagai makhluk berpendidikan dan intelek, dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta banyak yang memilih untuk Golput. Mereka rela melepas haknya karena berbagai alasan. Golput memang tidak mencerminkan sikap demokrasi berbangsa dan bernegara dengan baik dan mereka telah memahaminya. Lantas apa yang menjadi alasan mahasiswa untuk golput?
Pertama, karena kendala TPS. Kebanyakan mahasiswa adalah mahasiswa perantauan. Mereka harus memilih di TPS daerah asal padahal untuk menjangkaunya butuh biaya yang tidak sedikit. Mereka enggang pulang kampung hanya sekedar untuk memilih karena kocek yang harus dikeluarkan terlalu besar.
Kedua, mengenai waktu. Waktu pemilihan umum sangat singkat yaitu satu hari saat pelaksanaan pemilu. Para mahasiswa juga enggan untuk pulang akibat padatnya aktivitas kampus dan tumpukan tugas yang harus segera mereka selesaikan.
Ketiga, mahasiswa bisa dikatakan kurang paham dengan para calon, mereka tidak tahu pribadi masing-masing calon. Ini membuat kecenderungan pemikiran yang acuh dengan pemilu.
Keempat, mahasiswa kerap kali dikecewakan oleh para pemimpin yang mereka pilih. Janji-janji yang digembar-gemborkan tak kunjung direalisasikan, namum malah banyak kasus yang terjadi disana-sini.
Bayangkan berapa juta warga Indonesia yang berstatus sebagai mahasiswa. Jika mahasiswa banyak yang memilih untuk golputmaka negara akan rugi berjuta suara. Anggaran pemilu yang mencapai triliunan akan sia-sia karena pemilu tak dapat berjalan optimal. Padahal pemikiran realistis dan demokratis mahasiswa sangat dinantikan di ajang pemilihan umum. Jika hasil pungutan suara pemilu tak berasal dari seluruh warga negara maka bisa terjadi kemungkinan salah pilih pemimpin.
Lantas bagaimana agar golput dilkalangan mahasiswa dapat diminimalisir? Tentu masih banyak cara untuk menanganinya.Perlu kiranya menyediakan fasilitas untuk para mahasiswa agar dapat memilih di TPS sekitar kampus yangmudah dijangkau, tidak memerlukan banyak biaya dan tidak menguras banyak waktu. Sosialisasitentang pemilu lebih digalakkan agar mahasiswa dapat paham dan lebih mengenal calon-calon pemimpin. Komitmen para calon pemimpin harus dipertegas, tak perlu banyak janji tapi realisasi itu lebih penting. Mungkin dengan beberapa solusi ini dapat menekan persentase golput dikalangan mahasiswa.

Rabu, 16 April 2014


5 Fakta Menarik El Clasico di Final Copa del Rey



VALENCIA – Duel panas akan tersaji di babak final Copa del Rey dini hari nanti, di mana akan menyajikan Barcelona kontra Real Madrid. Duel yang akan berlangsung di Estadio de Mestalla itu, akan menentukan siapa yang berhak jadi Raja yang sebenarnya di Spanyol.

Namun, ada baiknya kita melihat beberapa fakta menarik dalam duel kedua tim tersebut di babak final Copa del Rey 2014:

1. Final yang akan berlangsung pada Kamis 17 April dini hari nanti, adalah final ke-112 dalam kompetisi yang awalnya bernama Copa de la Coronacion ini.

2. Sejauh ini sudah ada 17 klub yang meraih gelar juara. Barcelona adalah tim yang terbanyak meraih gelar juara dengan 26 gelar, sedangkan Madrid baru mengoleksi 18 gelar.

3. Babak final yang bertajuk El Clasico nanti, adalah yang kedelapan bagi kedua tim. Pertemuan pertama dari kedua tim tersebut terjadi pada 1903 dengan Barca yang keluar sebagai pemenangnya lewat skor 3-2.  Selanjutnya bentrokan keduanya terjadi pada tahun 1935, 1968, 1974, 1983, 1990, dan 2011.

4. Barcelona menang empat kali dari lima laga terakhirnya di final Copa del Rey. Sedangkan Madrid hanya mampu menang dua kali dari lima penampilannya di partai puncak kompetisi tersebut.

5. Bila Barca menang, maka pelatih Gerardo Martino akan menjadi pelatih Argentina keempat yang meraih gelar juara di ajang Copa del Rey. Sementara di Barca akan menjadi yang ketiga, setelah sebelumnya diraih oleh Helenio Herrera (1956) dan Cesar Luis Menotti (1983)